Harga Emas Meroket, Intip Strategi Investasinya

Minat terhadap emas dan investasi keuangan yang berkaitan dengan emas tengah melonjak seiring rekor kenaikan harga logam mulia tersebut.

Jakarta – Harga emas dunia melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah pada Senin lalu. Kondisi ini dipicu oleh penantian investor terhadap data inflasi utama serta sinyal dari pejabat Federal Reserve terkait potensi penurunan suku bunga lanjutan.

Dilansir dari CNBC pada Selasa, (23/9/2025), harga emas spot kini berada di atas USD 3.700 per ounce troy. Sepanjang tahun ini, harga emas sudah mencetak rekor baru hampir 36 kali dan naik lebih dari 40% hingga Jumat lalu.

Emas, yang dikenal sebagai aset “safe-haven”, memang cenderung menguat dalam kondisi suku bunga rendah serta ketidakpastian politik dan ekonomi.

Berdasarkan penelitian oleh Federal Reserve Bank of Chicago, emas dianggap sebagai pelindung saat ekonomi dalam masa sulit.

Kepala Ekuitas Global dan Aset Riil di Wells Fargo Investment Institute, Sameer Samana menyatakan, emas memenuhi semua kriteria tersebut.

Analis Wells Fargo juga memprediksi, pembelian emas yang terus-menerus oleh bank sentral global dan meningkatnya ketegangan geopolitik akan menopang pertumbuhan permintaan logam mulia.

Penasihat investasi di Ritholtz Wealth Management, Blair duQuesnay mengakui, tidak diragukan lagi, tren emas sedang naik dan menarik banyak perhatian investor

Bagaimana Cara Berinvestasi Emas?

Untuk berinvestasi emas, para ahli menyarankan dua cara utama yaitu membeli emas fisik atau investasi keuangan terkait emas.

Namun, mayoritas ahli lebih merekomendasikan investasi melalui Exchange-Traded Fund (ETF) yang melacak harga emas fisik. Instrumen ini dianggap sebagai cara paling efisien dan likuid untuk mendapatkan eksposur terhadap emas.

Beberapa ETF emas terbesar dan paling populer antara lain SPDR Gold Shares (GLD) dan iShares Gold Trust (IAU).

“ETF emas adalah cara paling likuid, efisien dari sisi pajak, dan berbiaya rendah untuk berinvestasi emas,” kata duQuesnay.

Menurutnya, memiliki emas fisik seperti koin atau batangan justru kurang efisien karena biaya transaksi dan penyimpanan yang lebih tinggi

Alternatif Lain

Alternatif lain seperti saham perusahaan tambang emas juga tidak disarankan karena harganya lebih bergantung pada fundamental bisnis, bukan harga emas itu sendiri.

Meskipun harga emas sedang naik, para penasihat keuangan umumnya menyarankan untuk membatasi eksposur emas kurang dari 3% dari total portofolio investasi. DuQuesnay sendiri mengaku tidak memasukkan emas dalam portofolio kliennya.

“Apakah kita berada di babak ketiga atau babak kesembilan dari reli ini? Emas dihargai sebagai komoditas, dan itu membuatnya sulit untuk menentukan fundamentalnya,” ujar duQuesnay.

Skenario Selanjutnya

Sebelumnya, harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru, mencapai USD 3.747 pada perdagangan Senin (22/9/2025). Tren positif ini berlanjut pada awal sesi Asia Selasa pagi, di mana harga emas bahkan diperdagangkan di atas USD 3.750, menguat lebih dari 1,60% seiring dengan melemahnya Dolar AS.

Momentum bullish yang kuat ini menunjukkan bahwa peluang kenaikan harga emas masih sangat terbuka, didukung oleh prospek kebijakan moneter The Fed yang dovish dan meningkatnya permintaan aset safe-haven.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengonfirmasi bahwa tren bullish harga emas dunia jadi kuat.

“Jika tekanan bullish berlanjut, emas berpotensi naik hingga ke USD 3.775 dalam jangka pendek,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Selasa (23/9/2025).

Namun, ia juga mengingatkan agar tetap waspada terhadap potensi koreksi.

“Jika harga gagal mempertahankan kenaikan dan terkoreksi, level USD 3.712 menjadi area penurunan terdekat yang harus diwaspadai,” tambahnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *