Kementerian Kesehatan Nepal menyebut korban tewas akibat bentrokan bertambah menjadi 34 orang, sementara lebih dari 1.300 orang lainnya mengalami luka-luka.
Kathmandu – Gelombang protes besar di Nepal yang dikenal sebagai aksi demonstrasi Generasi Z memuncak dengan penyerbuan gedung parlemen dan memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri pada Selasa (9/9/2025).
Amarah massa tidak hanya diarahkan pada simbol-simbol politik, tetapi juga pada hotel-hotel dan hunian mewah yang dianggap mencerminkan gaya hidup para elite di salah satu negara termiskin di dunia. Sejumlah bangunan terbakar, termasuk gedung parlemen, kantor perdana menteri, dan Mahkamah Agung.
Kementerian Kesehatan Nepal melaporkan, korban tewas akibat bentrokan bertambah menjadi 34 orang, sementara lebih dari 1.300 orang lainnya mengalami luka-luka, dikutip dari llaman Channel News Asia, Jumat (12/9).
Gerakan protes yang dipimpin anak muda dan remaja berusia 20-an ini menuding adanya kesenjangan sosial dan praktik korupsi di lingkaran politik. Meski para pemimpin aksi membantah terlibat dalam pembakaran, mereka menyalahkan penyusup yang memperkeruh situasi.
Namun, analis menilai aksi tersebut mencerminkan kemarahan yang sudah lama terpendam atas jurang kekayaan di Nepal.
Hotel bintang lima seperti Hilton, Hyatt Regency, dan Varnabas Museum Hotel menjadi sasaran pembakaran.
Hyatt Regency, yang terletak dekat Stupa Boudhanath—salah satu situs Buddha terpenting—dilaporkan dirusak massa. “Tidak ada tamu atau staf yang terluka, namun hotel terpaksa ditutup sementara,” kata Bhushan Rane, manajer hotel, kepada Reuters.
Sementara itu, Hilton Kathmandu—menara kaca mewah yang baru dibuka tahun lalu oleh konglomerat Shanker Group—juga terbakar hebat. Juru bicara Hilton memastikan seluruh tamu dan staf telah dievakuasi dengan selamat.
Rumah para politisi, termasuk kediaman KP Sharma Oli, juga tak luput dari serangan.
Frustrasi Anak Muda
Aksi Generasi Z semakin meluas berkat media sosial seperti TikTok dan Instagram. Banyak unggahan yang menunjukkan gaya hidup glamor anak-anak pejabat Nepal dengan pakaian desainer dan liburan mahal, kontras dengan kenyataan ribuan anak muda Nepal yang setiap hari meninggalkan negaranya untuk bekerja di Timur Tengah, Malaysia, Korea Selatan, dan negara lain.
“Ini adalah bentuk frustrasi masyarakat,” kata Balaram KC, pensiunan hakim Mahkamah Agung.
“Mereka yang seharusnya mengurus negara, justru hanya sibuk mengurus diri dan keluarganya.”
Rajendra Bajgain, anggota parlemen dari Partai Kongres Nepal, juga mengaku hotel mewah miliknya, Museum Varnabas, ikut dibakar massa. Ia memastikan seluruh tamu berhasil dievakuasi, lalu mengumumkan niat mundur dari parlemen sebagai bentuk solidaritas terhadap para demonstran.
“Ketidakpuasan terhadap korupsi sudah terlalu lama menumpuk di Nepal,” ujarnya.